Minggu, 24 Mei 2020

PANDEMI YANG PERNAH TERJADI




1.     
PLAGUE OF JUSTINIAN (541-542M)



total kematian: 25 juta
penyebab: penyakit pes
 
Penyakit ini telah membunuh sekitar setengah populasi Eropa. Wabah Justinianus adalah wabah penyakit pes yang menimpa Kekaisaran Bizantium dan kota-kota pelabuhan mediterania
 
Penyakit ini menewaskan hingga 25 juta orang pada tahun-tahun terakhir kejayaannya. Wabah Justinian telah menewaskan hingga seperempat populasi Mediterania Timur dan menghancurkan kota Konstantinopel, di mana pada puncaknya ia membunuh sekitar 5.000 orang per hari dan akhirnya mengakibatkan kematian 40% dari populasi kota.

APA ITU PENYAKIT PES?
Pes atau sampar (plague) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia pestis. Seseorang dapat terkena penyakit ini jika digigit pinjal (sejenis serangga) yang terpapar bakteri Y. pestis, setelah serangga tersebut menggigit hewan yang terinfeksi. Pinjal yang menularkan penyakit pes hidup dengan mengisap darah hewan pengerat.

Pes dapat berkembang secara cepat dan mengakibatkan kematian jika tidak segera diobati. Penyakit ini pernah mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) di Indonesia pada tahun 2007 yaitu 82 kasus dengan tingkat kematian sekitar 80%. Pes merupakan penyakit zoonosis (bersumber dari binatang) yang masih memerlukan pengamatan intensif di Indonesia, terutama di Kabupaten Pasuruan (Jawa Timur), Kabupaten Sleman (DI Yogyakarta), Kabupaten Boyolali (Jawa Tengah), dan Ciwidey (Jawa Barat).
Berdasarkan organ yang terkena infeksi pes, penyakit ini dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu pes pada sistem limfatik (bubonic plague), pes pada aliran darah (septicemic plague), serta pes pada paru-paru (pneumonic plague).

GEJALA PES

Gejala awal pes ditunjukkan dengan gejala mirip flu, seperti demam, yang biasanya terjadi dua hingga enam hari setelah infeksi terjadi. Namun gejala penyakit pes juga dapat bervariasi berdasarkan organ yang terinfeksi bakteri ini. Berikut ini adalah gejala pes berdasarkan jenisnya:
  • Pes pada sistem limfatik (bubonic plague). Gejala infeksi jenis ini ditandai dengan limfadenopati atau pembesaran kelenjar getah bening (KGB) pada lipat paha, ketiak, atau leher yang berukuran sebesar telur ayam. Benjolan atau pembesaran KGB ini terasa lunak dan hangat. Gejala utama tersebut seringkali disertai gejala lain berupa demam, menggigil, pusing, lemas, nyeri otot, serta kejang.
  • Pes pada aliran darah (septicemic plague). Infeksi bakteri ini dapat menyebabkan kematian bahkan sebelum gejala muncul. Gejala infeksi pes jenis ini di antaranya adalah nyeri perut, diare, mual dan muntah, demam, lemas, perdarahan, syok, serta gangrene.
  • Pes pada paru-paru (pneumonic plague). Disebabkan oleh infeksi bakteri yang menyebar hingga paru-paru. Jenis ini paling jarang terjadi namun paling mematikan. Gejala dapat muncul beberapa jam setelah infeksi, yang ditandai dengan batuk darah, sesak napas, mual dan muntah, demam tinggi, pusing, serta tubuh terasa lemas. Gejala pes jenis ini dapat berkembang sangat cepat  dan menyebabkan penderita mengalami gagal napas dan syok dalam waktu dua hari setelah terpapar infeksi.
Penyebab, Penyebaran, dan Faktor Risiko Pes
Bakteri Yersinia pestis biasanya terdapat dalam hewan pengerat, seperti tikus, tupai, atau bajing. Bakteri tersebut dapat memasuki tubuh manusia saat seseorang mengalami kontak dengan hewan yang terinfeksi bakteri tersebut. Kontak tersebut dapat berupa kontak langsung dari darah hewan yang terinfeksi masuk melalui kulit manusia yang mengalami luka, atau kontak tidak langsung melalui gigitan pinjal yang hidup dari hewan pengerat tersebut. Penyebaran antarmanusia dapat terjadi pada pes paru-paru melalui cipratan ludah saat penderita pes batuk, yang terhirup oleh orang lain. Hewan peliharaan juga dapat terinfeksi melalui gigitan pinjal atau makan hewan pengerat yang terinfeksi.
Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit pes, yaitu:
  • Tinggal di daerah dengan sanitasi yang buruk dan populasi hewan pengerat yang banyak.
  • Kontak dengan hewan yang mati atau terinfeksi pes.
  • Melakukan kegiatan di alam terbuka.
  • Berprofesi sebagai dokter atau perawat hewan.
  • Bepergian ke area di mana terdapat infeksi pes.
Diagnosis Pes
Untuk mendapatkan diagnosis penyakit pes atau sampar (plague), dokter akan mengajukan pertanyaan serta melakukan pemeriksaan fisik yang berkaitan dengan gejala yang dirasakan. Dokter dapat bertanya tentang kapan gejala muncul, riwayat bepergian ke daerah yang masih tinggi tingkat kejadian penyakit pes-nya, serta jenis obat-obatan atau vitamin yang sudah dikonsumsi. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik, terutama untuk memeriksa adanya pembesaran kelenjar getah bening dan untuk memeriksa kondisi paru-paru.
Selain itu, tes darah juga perlu dilakukan untuk memastikan keberadaan bakteri yang menyebabkan pes pada aliran darah. Sampel cairan dari kelenjar getah bening yang bengkak akan diambil guna memastikan keberadaan pes pada sistem limfatik. Sedangkan untuk pes pada paru-paru, pemeriksaan akan dilakukan pada sampel cairan dari lendir saluran napas yang diambil melalui tindakan bronkoskopi.
Hasil seluruh pemeriksaan penunjang memerlukan waktu satu hingga dua hari. Namun, sering kali dokter sudah memulai pengobatan begitu pasien diduga menderita pes, sebelum diagnosis dipastikan. Penyakit pes dapat berkembang sangat cepat, maka pengobatan yang diberikan secara dini dapat membuat perbedaan yang sangat besar dalam peluang kesembuhan pasien.

PENGOBATAN PES

Pes merupakan penyakit yang membahayakan nyawa, oleh karena itu harus dilakukan pengobatan sedini mungkin. Pasien akan dirawat di rumah sakit dan diberi obat antibiotik. Penyakit pes dapat ditangani dengan pemberian obat antibiotik, seperti gentamicin atau ciprofloxacin. Selain itu, pasien juga akan diberi cairan melalui infus serta tambahan oksigen. Pasien yang mengidap pneumonic plague perlu diisolasi untuk mencegah penyebaran. Tenaga medis, perawat, dan siapa saja yang berhubungan dengan penderita pneumonic plague, perlu dimonitor kesehatannya serta diberikan antibiotik sebagai tindakan pencegahan.
Pengobatan dilakukan dan dilanjutkan selama beberapa minggu hingga gejala mereda. Tanpa pengobatan yang tepat, kematian dapat terjadi 24 jam setelah gejala muncul.

KOMPLIKASI PES

Pes dapat menyebabkan timbulnya komplikasi, seperti kematian jaringan akibat terganggunya aliran darah ke jari-jari tangan dan kaki (gangrene) dan peradangan selaput otak (meningitis). Selain itu, penyakit ini juga dapat menyebabkan kematian.

Pencegahan Pes

Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pes, antara lain:
  • Memastikan rumah bersih dari hewan pengerat dengan membersihkan area yang berpotensi menjadi sarang, dan membersihkan sisa makanan yang dapat dikonsumsi hewan pengerat.
  • Gunakan sarung tangan saat sedang berhadapan dengan hewan yang kemungkinan telah terinfeksi, agar kulit terhindar dari kontak bakteri.
  • Gunakan pembasmi serangga untuk membasmi pinjal.

PANDEMI PES TERJADI BEBERAPA KALI
Penyakit pes adalah penyakit kuno dalam sejarah peradaban manusia. Ia diperkirakan berasal dari Asia Tengah atau Asia Timur. Inang bakteri Yersinia pestis adalah kutu tikus atau marmut. Penyakit ini merambah ke Eropa dan Afrika bagian utara melalui Jalur Sutra yang merentang di pedalaman Eurasia.
1.      Pandemi pes pertama yang mematikan diperkirakan terjadi di Byzantium semasa Kaisar Justinian I pada 541-542. Tak hanya melumpuhkan Konstantinopel, wabah juga menyebar ke beberapa tempat di Asia dan Afrika. Laman History menyebut pandemi ini diyakini telah menewaskan sedikitnya 25 juta orang.
2.      Pandemi kedua di Eropa pecah pada 1346 yang bermula dari Genoa, Italia dan terus merembet hingga ke Rusia dan Skandinavia. Di masa inilah muncul istilah wabah Maut Hitam yang terkenal hingga kini. Diperkirakan 50 juta orang di Eropa—sekira setengah populasi saat itu—meregang nyawa gara-gara pes. Dan, jika digabung dengan kasus lain di Asia, India, Timur Tengah, hingga Tiongkok sepanjang abad ke-14, diperkitakan 75 juta nyawa tumpas gara-gara pes. Sejak itu pecah pula beberapa kali epidemi di Eropa. Sebutlah, misalnya, yang terjadi di Italia pada 1629-1631, London pada 1665-1666, dan Marseille pada 1720. Meski tak sebesar saat wabah Maut Hitam berlangsung, statistik korbannya tetap mengerikan. Korban tewas saat ketiga epidemi itu terjadi mencapai ratusan ribu jiwa. Baca juga: 353 Tahun Silam, Wabah Pes Tewaskan 100 Ribu Warga London
3.      Pandemi pes ketiga tercatat pecah pada 1855 di Provinsi Yunan, Cina. Kemajuan teknologi transportasi saat itu membuat bakteri pes tersebar lebih luas daripada sebelumnya. Sampai pergantian abad ke-20, kasus terbesar tercatat di Cina dan India. Meski begitu, pandemi ketiga ini menghasilkan pemahaman yang lebih akurat terhadap penyakit pes. “Pada 1894, seorang dokter yang berbasis di Hong Kong bernama Alexandre Yersin mengidentifikasi basil Yersinia pestis sebagai penyebab penyakit tersebut. Beberapa tahun kemudian, dokter lain akhirnya mengonfirmasi bahwa gigitan kutu tikus adalah cara utama penularannya ke manusia,” tulis laman History. Pada pandemi ketiga inilah wabah pes mulai menjangkiti Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda


2.      The Black Death (1346-1353)


TOTAL KEMATIAN : 75 – 200 JUTA 
PENYEBAB: PENYAKIT PES


Dari tahun 1346 hingga 1353 wabah ini menghancurkan Eropa, Afrika, dan Asia, dengan perkiraan korban jiwa antara 75 dan 200 juta orang. Diduga berasal dari Asia,
 Wabah kemungkinan besar melompat benua melalui kutu yang hidup di tikus dan berlayar di atas kapal dagang. Pelabuhan menjadi pusat kota besar pada saat itu menjadi tempat berkembang biak yang sempurna untuk tikus dan kutu, dan dengan demikian bakteri berbahaya berkembang, menghancurkan tiga benua

PENYEBAB
Penaklukan Mongol dari Cina pada abad ke-13 menyebabkan penurunan pertanian dan perdagangan. Pemulihan ekonomi telah diamati pada awal abad keempat belas. Pada tahun 1330-an, banyak bencana alam dan wabah menyebabkan kelaparan meluas, dimulai pada 1331, dengan wabah mematikan tiba segera setelah itu. [43] Kondisi lain, seperti perang, kelaparan, dan cuaca, berkontribusi terhadap parahnya Kematian Hitam. [44]

TEORI AWAL
Akun kontemporer paling otoritatif ditemukan dalam laporan dari fakultas kedokteran di Paris kepada Philip VI dari Perancis . Ini menyalahkan langit, dalam bentuk gabungan dari tiga planet pada tahun 1345 yang menyebabkan "wabah besar di udara" ( teori racun ). [45]
Para sarjana agama Muslim mengajarkan bahwa wabah itu adalah "kemartiran dan belas kasihan" dari Tuhan, memastikan tempat orang percaya di surga. Bagi yang belum percaya, itu adalah hukuman. [46] Beberapa dokter Muslim memperingatkan agar tidak mencegah atau mengobati penyakit yang dikirim oleh Tuhan. Lainnya mengadopsi langkah-langkah pencegahan dan perawatan untuk wabah yang digunakan oleh orang Eropa. Para dokter Muslim ini juga bergantung pada tulisan-tulisan orang Yunani kuno. rujukan? ]



TEORI MODERN YANG DOMINAN
Kutu tikus Oriental ( Xenopsylla cheopis ) dipenuhi darah. Spesies kutu ini adalah vektor utama untuk penularan Yersinia pestis , organisme yang bertanggung jawab untuk menyebarkan wabah pes di sebagian besar epidemi wabah. Kutu jantan dan betina memakan darah dan dapat menularkan infeksi.
Kutu tikus Oriental ( Xenopsylla cheopis ) terinfeksi bakteri Yersinia pestis yang muncul sebagai massa gelap di usus. Foregut ( proventriculus ) kutu ini tersumbat oleh biofilm Y. pestis ; ketika kutu memakan inang yang tidak terinfeksi Y. pestis dimuntahkan kembali ke dalam luka, menyebabkan infeksi.

Karena perubahan iklim di Asia , hewan pengerat mulai melarikan diri dari padang rumput kering ke daerah yang lebih padat, menyebarkan penyakit. [47] Penyakit pes, yang disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis , adalah enzootic (umumnya ada) dalam populasi kutu yang dibawa oleh tikus tanah, termasuk marmut , di berbagai daerah, termasuk Asia Tengah , Kurdistan , Asia Barat , India Utara , Uganda dan Amerika Serikat bagian barat. [48] [49]
Y. pestis ditemukan oleh Alexandre Yersin , seorang murid Louis Pasteur , selama epidemi wabah pes di Hong Kong pada tahun 1894; Yersin juga membuktikan basil ini hadir pada tikus dan menyarankan tikus adalah kendaraan utama penularan. [50] [51] Mekanisme melalui mana Y. pestis biasanya ditransmisikan didirikan pada tahun 1898 oleh Paul-Louis Simond dan ditemukan melibatkan gigitan kutu yang midgutsnya menjadi terhambat dengan mereplikasi Y. pestis beberapa hari setelah memberi makan pada host yang terinfeksi. Penyumbatan ini membuat kutu kelaparan dan mendorong mereka untuk perilaku makan agresif dan upaya untuk membersihkan penyumbatan dengan regurgitasi , mengakibatkan ribuan bakteri wabah disiram ke lokasi makan, menginfeksi host. Mekanisme penyakit pes juga bergantung pada dua populasi hewan pengerat: satu resisten terhadap penyakit, yang bertindak sebagai inang , menjaga endemik penyakit, dan yang kedua yang tidak tahan. Ketika populasi kedua mati, kutu berpindah ke inang lain, termasuk manusia, sehingga menciptakan epidemi manusia. [32]

PENULARAN
Artikel utama: migrasi Black Death
Pentingnya kebersihan diakui hanya pada abad kesembilan belas dengan perkembangan teori kuman penyakit ; sampai saat itu jalan-jalan pada umumnya kotor, dengan hewan-hewan hidup dari segala macam dan parasit manusia yang berlimpah, memfasilitasi penyebaran penyakit menular .
Penyebaran penyakit secara signifikan lebih merajalela di daerah-daerah kemiskinan. Epidemi merusak kota, terutama anak-anak. Tulah mudah menyebar melalui kutu, air minum yang tidak bersih, tentara, atau sanitasi yang buruk. 
Salah satu kemajuan medis awal sebagai akibat dari Kematian Hitam adalah pembentukan gagasan karantina di negara-kota Ragusa ( Dubrovnik modern, Kroasia) pada 1377 setelah wabah terus. [55]
TRANSMISI DI ASIA
Menurut ahli genetika medis internasional yang dipimpin oleh Mark Achtman yang menganalisis variasi urutan global bakteri, ketiga gelombang besar wabah itu membuat bakteri mereka "berevolusi di atau dekat Cina".  Analisis ini juga menemukan bahwa " siklus penyakit sylvatic tergantung pada penularan oleh vektor kutu " dan "kemungkinan asal mula wabah di China tidak ada hubungannya dengan penduduknya atau kota-kota yang padat". 
Kuburan Nestorian yang berasal dari tahun 1338–1339 dekat Issyk-Kul di Kirgistan memiliki prasasti yang merujuk pada wabah, yang telah membuat banyak ahli epidemiologi berpikir mereka menandai pecahnya epidemi ; dari mana itu bisa dengan mudah menyebar ke Cina dan India. 
Epidemi, yang mungkin termasuk wabah, menewaskan sekitar 25 juta di seluruh Asia selama lima belas tahun sebelum sampai di Konstantinopel pada 1347. 
Penyebaran wabah di Eurasia barat, 1346-1353.
Tahun ketujuh setelah dimulai, itu datang ke Inggris dan pertama kali dimulai di kota-kota dan pelabuhan bergabung di pantai, di Dorsetshire, di mana, seperti di negara-negara lain, itu membuat negara itu sangat kosong dari penduduk sehingga hampir tidak ada yang tersisa hidup .
... Tapi akhirnya sampai di Gloucester, ya bahkan ke Oxford dan ke London, dan akhirnya menyebar ke seluruh Inggris dan begitu menyia-nyiakan orang-orang yang langka orang kesepuluh dalam bentuk apa pun dibiarkan hidup.
Geoffrey the Baker , Chronicon Angliae [61]
TRANSMISI DI LUAR ASIA
Penyakit ini mungkin telah menyebar di sepanjang Jalur Sutra dengan tentara dan pedagang Mongol , atau bisa saja tiba melalui kapal. [62] Pada akhir 1346, laporan wabah telah mencapai pelabuhan-pelabuhan Eropa: "India dihuni, Tartary , Mesopotamia , Suriah , Armenia ditutupi dengan mayat-mayat". [63]
WABAH EROPA
Wabah dilaporkan pertama kali diperkenalkan ke Eropa melalui pedagang Genoa dari kota pelabuhan mereka Kaffa di Krimea pada tahun 1347. Selama pengepungan kota yang berlarut-larut, pada tahun 1345-1346 tentara Mongol Golden Horde dari Jani Beg , yang sebagian besar pasukan Tatar menderita penyakit ini, melambungkan mayat yang terinfeksi di atas tembok kota Kaffa untuk menginfeksi penduduk, [64] meskipun lebih besar kemungkinan tikus yang terinfeksi bepergian melintasi garis pengepungan untuk menyebarkan epidemi ke penduduk. [65] [66] Ketika penyakit ini mulai menyerang, para pedagang Genoa melarikan diri melintasi Laut Hitam ke Konstantinopel , tempat penyakit itu pertama kali tiba di Eropa pada musim panas 1347. [67] Epidemi di sana menewaskan putra berusia 13 tahun dari kaisar Bizantium. , John VI Kantakouzenos , yang menulis deskripsi penyakit yang dimodelkan pada akun Thucydides tentang wabah Athena abad ke-5 SM, tetapi mencatat penyebaran Black Death dengan kapal antara kota-kota maritim. [67] Nicephorus Gregoras juga menjelaskan secara tertulis kepada Demetrios Kydones tentang meningkatnya jumlah kematian, kesia-siaan obat-obatan, dan kepanikan warga. [67] Wabah pertama di Konstantinopel berlangsung setahun, tetapi wabah itu muncul sepuluh kali sebelum 1400. [67]
Diangkut oleh dua belas galai Genoa, tulah tiba dengan kapal di Sisilia pada Oktober 1347; [68] wabah menyebar dengan cepat ke seluruh pulau. Galai-galai dari Kaffa mencapai Genoa dan Venesia pada Januari 1348, tetapi pecahnya Pisa beberapa minggu kemudian adalah titik masuk ke Italia utara. Menjelang akhir Januari, salah satu kapal yang dikeluarkan dari Italia tiba di Marseilles . [69]
Dari Italia, penyakit ini menyebar ke barat laut di seluruh Eropa, menyerang Prancis, Spanyol (yang dihantam karena panas - epidemi berkobar pada minggu-minggu awal Juli), [70] Portugal dan Inggris pada Juni 1348, kemudian menyebar ke timur dan utara melalui Jerman, Skotlandia, dan Skandinavia dari 1348 hingga 1350. Kapal ini diperkenalkan ke Norwegia pada 1349 ketika sebuah kapal mendarat di Askøy , kemudian menyebar ke Bjørgvin ( Bergen modern) dan Islandia . [71] Akhirnya, ia menyebar ke Rusia barat laut pada tahun 1351. Wabah ini agak lebih jarang terjadi di beberapa bagian Eropa dengan perdagangan yang kurang berkembang dengan tetangga mereka, termasuk sebagian besar Negara Basque , bagian terisolasi dari Belgia dan Belanda, dan Alpine terisolasi. desa di seluruh benua. [72] [73]
Menurut beberapa ahli epidemiologi, periode cuaca yang tidak menguntungkan memusnahkan populasi hewan pengerat yang terinfeksi wabah dan memaksa kutu mereka ke inang alternatif, [74] yang memicu wabah wabah yang sering memuncak di musim panas yang panas di Mediterania, [75] serta selama musim gugur yang dingin. bulan di negara-negara Baltik selatan. [76] [d] Di antara banyak penyebab lain penularan wabah, malnutrisi, bahkan jika jauh, juga berkontribusi terhadap kerugian besar pada populasi Eropa, karena melemahkan sistem kekebalan tubuh. [44]
WABAH ASIA BARAT DAN AFRIKA UTARA
Tulah itu menyerang berbagai wilayah di Timur Tengah dan Afrika Utara selama pandemi , yang menyebabkan depopulasi serius dan perubahan permanen dalam struktur ekonomi dan sosial. [79] Sebagai hewan pengerat yang terinfeksi menginfeksi hewan pengerat baru, penyakit ini menyebar ke seluruh wilayah, masuk juga dari Rusia selatan.
Pada musim gugur 1347, wabah itu mencapai Aleksandria di Mesir, ditransmisikan melalui laut dari Konstantinopel ; menurut seorang saksi kontemporer, dari satu kapal dagang yang membawa budak. [80] Pada akhir musim panas 1348 mencapai Kairo, ibu kota Kesultanan Mamluk , pusat budaya dunia Islam , dan kota terbesar di Cekungan Mediterania ; sultan anak Bahriyya an-Nasir Hasan melarikan diri dan lebih dari sepertiga dari 600.000 penduduk meninggal. [81] Sungai Nil tercekik oleh mayat meskipun Kairo memiliki rumah sakit abad pertengahan, bimaristan akhir abad ke-13 dari kompleks Qalawun . [81] Sejarawan al-Maqrizi menggambarkan pekerjaan berlimpah bagi para penggali kubur dan praktisi ritus pemakaman , dan wabah itu kambuh di Kairo lebih dari lima puluh kali selama setengah abad berikutnya. [81]
Selama 1347, penyakit itu menyebar ke timur ke Gaza pada bulan April, pada bulan Juli penyakit itu telah mencapai Damaskus , dan pada bulan Oktober wabah telah menyebar di Aleppo . [80] Tahun itu, di wilayah Libanon modern, Suriah , Israel , dan Palestina , kota-kota Ashkelon , Acre , Yerusalem , Sidon , dan Homs semuanya terinfeksi. Pada 1348–1349, penyakit itu mencapai Antiokhia . Penduduk kota melarikan diri ke utara, tetapi sebagian besar dari mereka akhirnya mati dalam perjalanan. [82] Dalam dua tahun, wabah telah menyebar ke seluruh dunia Islam, dari Arab di seluruh Afrika Utara. [46] Pandemi menyebar ke arah barat dari Alexandria di sepanjang pantai Afrika, sedangkan pada bulan April 1348 Tunis terinfeksi oleh kapal dari Sisilia. Tunis kemudian diserang oleh tentara dari Maroko; pasukan ini bubar pada tahun 1348 dan membawa penularan bersama mereka ke Maroko, yang wabahnya mungkin juga berasal dari kota Islam Almería di al-Andalus . [80]
Mekah terinfeksi pada 1348 oleh jamaah haji . [80] Pada tahun 1351 atau 1352, Sultan Rasulid dari Yaman , al-Mujahid Ali , dibebaskan dari penawanan Mamluk di Mesir dan membawa wabah bersamanya pada saat ia kembali ke rumah. [80] [83] Selama 1348, catatan menunjukkan kota Mosul menderita epidemi besar-besaran, dan kota Baghdad mengalami putaran kedua penyakit ini. rujukan? ]
Tanda dan gejala
Sebuah tangan menunjukkan bagaimana gangren akut jari - jari karena penyakit pes menyebabkan kulit dan daging mati dan menjadi hitam
Bubo inguinalis di paha atas seseorang yang terinfeksi pes pes. Pembengkakan kelenjar getah bening ( bubo ) sering terjadi di daerah leher, ketiak dan selangkangan ( inguinal ) korban wabah.
WABAH PES
Gejala penyakit ini termasuk demam 38-41 ° C (100-106 ° F), sakit kepala, nyeri sendi , mual dan muntah, dan perasaan tidak enak pada umumnya. Tidak diobati, dari mereka yang terkena wabah pes, 80 persen meninggal dalam waktu delapan hari. [84]
Kisah-kisah kontemporer wabah bervariasi dan sering tidak tepat. Gejala yang paling umum dicatat adalah munculnya bubo (atau gavocciolos ) di selangkangan, leher, dan ketiak, yang mengeluarkan nanah dan berdarah saat dibuka. [85] Deskripsi Boccaccio :
Pada pria dan wanita sama-sama itu pertama kali mengkhianati dirinya dengan munculnya tumor tertentu di pangkal paha atau ketiak, beberapa di antaranya tumbuh sebesar apel biasa, yang lain sebagai telur ... Dari dua kata bagian tubuh gavocciolo mematikan ini segera mulai menyebar dan menyebar ke segala arah dengan acuh tak acuh; setelah itu bentuk penyakit mulai berubah, bintik-bintik hitam atau marah muncul dalam banyak kasus di lengan atau paha atau di tempat lain, sekarang sedikit dan besar, sekarang kecil dan banyak. Karena gavocciolo telah dan masih merupakan tanda yang sempurna untuk mendekati kematian, demikian juga titik-titik pada siapa pun yang mereka tunjukkan sendiri. [86] kutipan penuh diperlukan ] [e]
Ini diikuti oleh demam akut dan muntah darah . Sebagian besar korban meninggal dua hingga tujuh hari setelah infeksi awal. Bintik-bintik seperti bintik dan ruam, [88] yang bisa disebabkan oleh gigitan kutu , diidentifikasi sebagai tanda potensial lain dari wabah.



3.      PANDEMIK KOLERA KETIGA (1852–1860)

TOTAL KEMATIAN: 1 JUTA
PENYEBAB KOLERA
Kolera yang satu ini secara umum dianggap sebagai penyakit yang paling mematikan dibandingkan tujuh pandemi kolera lainnya. Ini adalah wabah besar ketiga kolera di abad ke-19 (1852-1860). Pandemi Kolera Ketiga ini berasal dari India, menyebar dari Delta Sungai Gangga sebelum sampai ke Asia, Eropa, Amerika Utara dan Afrika. 
 
Dokter dari Inggris yaitu John Snow yang bekerja di daerah miskin di London, melacak kasus kolera dan akhirnya berhasil mengidentifikasi bahwa air yang terkontaminasi adalah sarana penularan penyakit ini. Sayangnya pada saat yang sama dengan penemuannya (1854) adalah tahun terburuk pandemi. Sebanyak 23.000 orang meninggal di Inggris.


GEJALA DAN TANDA PENYAKIT KOLERA
 Pada orang yang feacesnya ditemukan bakteri kolera mungkin selama 1-2 minggu belum merasakan keluhan berarti, Tetapi saat terjadinya serangan infeksi maka tiba-tiba terjadi diare dan muntah dengan kondisi cukup serius sebagai serangan akut yang menyebabkan samarnya jenis diare yg dialami. 5 Akan tetapi pada penderita penyakit kolera ada beberapa hal tanda dan gejala yang ditampakkan, antara lain ialah :
1. Diare yang encer dan berlimpah tanpa didahului oleh rasa mulas atau tenesmus. 2. Feces atau kotoran (tinja) yang semula berwarna dan berbau berubah menjadi cairan putih keruh (seperti air cucian beras) tanpa bau busuk ataupun amis, tetapi seperti manis yang menusuk.
3. Feces (cairan) yang menyerupai air cucian beras ini bila diendapkan akan mengeluarkan gumpalan-gumpalan putih.
4. Diare terjadi berkali-kali dan dalam jumlah yang cukup banyak.
5. Terjadinya muntah setelah didahului dengan diare yang terjadi, penderita tidaklah merasakan mual sebelumnya.
6. Kejang otot perut bisa juga dirasakan dengan disertai nyeri yang hebat.
7. Banyaknya cairan yang keluar akan menyebabkan terjadinya dehidrasi dengan tanda-tandanya seperti ; detak jantung cepat, mulut kering, lemah fisik, mata cekung, hypotensi dan lain-lain yang bila tidak segera mendapatkan penangan pengganti cairan tubuh yang hilang dapat mengakibatkan kematian




PENYEBARAN PENULARAN PENYAKIT KOLERA
penyebab kolera,adalah bakteri Vibrio cholerae, yang merupakan bakteri gram negatif, berbentuk basil (batang) dan bersifat motil (dapat bergerak), memiliki struktur antogenik dari antigen flagelar H dan antigen somatik O, gamma-proteobacteria, mesofilik dan kemoorganotrof, berhabitat alami di lingkungan akuatik dan umumnya berasosiasi dengan eukariot. 3 Spesies Vibrio kerap dikaitkan dengan sifat patogenisitasnya pada manusia, terutama V. cholerae penyebab penyakit kolera di negara berkembang yang memiliki keterbatasan akan air bersih dan memiliki sanitasi yang buruk.
Kolera dapat menyebar sebagai penyakit yang endemik, epidemik, atau pandemik. Meskipun sudah banyak penelitian bersekala besar dilakukan, namun kondisi penyakit ini tetap menjadi suatu tantangan bagi dunia kedokteran modern. Bakteri Vibrio cholerae berkembang biak dan menyebar melalui feaces (kotoran) manusia, bila kotoran yang mengandung bakteri ini mengkontaminasi air sungai dan sebagainya maka orang lain yang terjadi kontak dengan air tersebut beresiko terkena penyakit kolera itu juga. Misalnya cuci tangan yang tidak bersih lalu makan, mencuci sayuran atau makanan dengan air yang mengandung bakteri kolera, makan ikan yang hidup di air terkontaminasi bakteri kolera, Bahkan air tersebut (seperti disungai) dijadikan air minum oleh orang lain yang bermukim disekitarnya.

PENCEGAHAN PENYAKIT KOLERA
Cara pencegahan dan memutuskan tali penularan penyakit kolera adalah dengan prinsip sanitasi lingkungan, terutama kebersihan air dan pembuangan kotoran (feaces) pada tempatnya yang memenuhi standar lingkungan. Lainnya ialah meminum air yang sudah dimasak terlebih dahulu, cuci tangan dengan bersih sebelum makan memakai sabun/antiseptik, cuci sayuran dangan air bersih terutama sayuran yang dimakan mentah (lalapan), hindari memakan ikan dan kerang yang dimasak setengah matang.

 Bila dalam anggota keluarga ada yang terkena kolera, sebaiknya diisolasi dan secepatnya mendapatkan pengobatan. Benda yang tercemar muntahan atau tinja penderita harus di sterilisasi, searangga lalat (vektor) penular lainnya segera diberantas. Pemberian vaksinasi kolera dapat melindungi orang yang kontak langsung dengan penderita. Namun belajara dari Negara Bangladesh, eradikasi dengan cara pemberian vaksin, terbukti tidak efektif bagi negara-negara berkembang yang keadaan sosial-ekonominya menyedihkan.



4.      Flu Rusia (1889-1890)


Total kematian: 1 juta

Penyebab: Influenza
Awalnya ini disebut dengan "Flu Asia" atau "Flu Rusia". Jenis ini dianggap sebagai wabah subtipe virus Influenza A H2N2, meskipun penemuan baru-baru ini menunjukkan bahwa penyebabnya menjadi subtipe virus Influenza A H3N8.
Kasus-kasus pertama terjadi pada Mei 1889 di tiga lokasi terpisah dan jauh antara lain Bukhara di Asia Tengah (Turkestan), Athabasca di barat laut Kanada, dan Greenland. Pertumbuhan populasi yang cepat pada abad ke-19, khususnya di daerah perkotaan membantu penyebaran flu dan akhirnya jadi wabah ke seluruh dunia. Pandemik Flu 1889-1890 telah merenggut nyawa lebih dari satu juta orang.
Berdasarkan artikel (https://historia.id/sains/articles/seabad-flu-spanyol-DBKbm) dikatakan disana bahwa , Asal-muasal virus ini masih menjadi perdebatan. Menurut Frank Macfarlane Burnet, virologis Australia yang mendedikasikan hidupnya untuk mempelajari influenza, pandemi 1918 bermula di Camp Funston dan Haskell County (Kansas) Amerika Serikat. Sementara menurut North China Daily News, seperti dikutip harian Pewarta Soerabaia, pandemi bermula di Swedia atau Rusia lalu menyebar ke Tiongkok, Jepang, dan Asia Tenggara.
Beberapa epidemiologis Amerika menyimpulkan, virus flu dibawa oleh buruh Tiongkok dan Vietnam yang dipekerjakan militer Inggris dan Perancis selama Perang Dunia I (PD I). Alasan utamanya, mereka terbiasa hidup berdekatan dengan burung dan babi. Namun argumen tersebut dibantah Dr. Edwin Jordan, editor dari Journal of Infectious Disease, dengan menyebut bahwa wabah flu di Tiongkok tidak menyebar dan berbahaya. Jordan juga tidak sepakat dengan teori yang menyebutkan India atau Perancis sebagai asal dari virus mengingat virus flu di kedua negara tersebut hanya bersifat endemik.

PENELITIAN FLU SPANYOL

Asal-usul Pandemi flu Spanyol, dan hubungan antara wabah yang hampir bersamaan pada manusia dan babi, telah menjadi kontroversial. Satu hipotesis adalah bahwa jenis virus berasal dari Fort Riley, Kansas, pada virus pada unggas dan babi yang dibiakkan benteng untuk makanan; para prajurit kemudian dikirim dari Fort Riley ke seluruh dunia, tempat mereka menyebarkan penyakit. Kesamaan antara rekonstruksi virus dan virus unggas, dikombinasikan dengan pandemi manusia sebelum laporan pertama influenza pada babi, membuat para peneliti menyimpulkan bahwa virus influenza melompat langsung dari burung ke manusia, dan babi menangkap penyakit itu dari manusia. Yang lain tidak setuju, dan penelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa jenis ini mungkin berasal dari spesies mamalia yang bukan manusia. Perkiraan tanggal kemunculannya dalam inang mamalia telah dimasukkan pada periode 1882–1913. Virus nenek moyang ini menyimpang sekitar 1913-1915 menjadi dua clades yang memunculkan garis keturunan influenza H1N1 babi dan manusia klasik. Nenek moyang terakhir dari strain manusia adalah antara Februari 1917 dan April 1918. Karena babi lebih mudah terinfeksi virus flu burung daripada manusia, disarankan bahwa mereka adalah penerima asli virus, menularkan virus ke manusia sekitar 1913 dan 1918.
Upaya untuk menciptakan kembali strain flu 1918 (subtipe dari strain avian H1N1) adalah kolaborasi antara Institut Patologi Angkatan Bersenjata, Laboratorium Penelitian Unggas Tenggara dan Fakultas Kedokteran Mount Sinai di New York City; upaya tersebut menghasilkan pengumuman (pada 5 Oktober 2005) bahwa kelompok tersebut telah berhasil menentukan urutan genetik virus, menggunakan sampel jaringan bersejarah yang ditemukan oleh ahli patologi Johan Hultin dari seorang korban flu wanita yang dikubur di permafrost Alaska dan sampel yang diawetkan dari tentara Amerika.
Pada 18 Januari 2007, Kobasa et al. melaporkan bahwa monyet (Macaca fascicularis) yang terinfeksi strain yang diciptakan menunjukkan gejala klasik pandemi 1918 dan meninggal akibat badai sitokin - reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh. Ini mungkin menjelaskan mengapa flu 1918 memiliki efek mengejutkan pada orang yang lebih muda, lebih sehat, karena orang dengan sistem kekebalan yang lebih kuat berpotensi memiliki reaksi berlebihan yang lebih kuat.
Pada 16 September 2008, tubuh Yorkshireman Sir Mark Sykes digali untuk mempelajari RNA virus flu Spanyol dalam upaya memahami struktur genetik flu burung H5N1 modern. Sykes dimakamkan pada tahun 1919 di peti mati utama yang diharapkan para ilmuwan akan membantu melindungi virus. Pada bulan Desember 2008, penelitian oleh Yoshihiro Kawaoka dari University of Wisconsin mengaitkan keberadaan tiga gen spesifik (disebut PA, PB1, dan PB2) dan nukleoprotein yang berasal dari sampel flu tahun 1918 dengan kemampuan virus flu untuk menyerang paru-paru dan menyebabkannya. radang paru-paru. Kombinasi tersebut memicu gejala serupa dalam pengujian hewan.

 

AKHIR PANDEMI FLU 1918

Setelah gelombang kedua yang mematikan melanda pada musim gugur 1918, kasus-kasus baru turun tiba-tiba - hampir tidak ada artinya setelah puncak gelombang kedua. Di Philadelphia misalnya, 4.597 orang meninggal dalam minggu yang berakhir 16 Oktober, tetapi pada 11 November influenza hampir menghilang dari kota. Satu penjelasan untuk penurunan yang cepat dari kematian penyakit adalah bahwa dokter hanya menjadi lebih baik dalam mencegah dan mengobati pneumonia yang berkembang setelah para korban tertular virus, meskipun John Barry menyatakan dalam bukunya bahwa para peneliti tidak menemukan bukti untuk mendukung hal ini. . Teori lain menyatakan bahwa virus 1918 bermutasi sangat cepat menjadi jenis yang kurang mematikan. Ini adalah kejadian umum dengan virus influenza: ada kecenderungan virus patogen menjadi kurang mematikan seiring waktu, menyediakan lebih banyak inang hidup.

WABAH FLU 1918 MENGUBAH LAYANAN KESEHATAN
Wabah flu pada 1918 menggarisbawahi suatu kenyataan, yaitu bahwa penyakit menular tak kenal ras. Sebelum wabah itu berlangsung, pemikiran para Darwinis sosial yang menganggap ras atas kasta tertentu lebih superior, bercampur—secara berbahaya—dengan pandangan Louis Pasteur dan lainnya bahwa penyakit menular dapat dicegah.
Gabungan pemikiran itu menciptakan anggapan bahwa orang terjangkit penyakit menular akibat salahnya sendiri.Wabah flu 1918 mengungkap kenyataan bahwa meskipun kaum miskin dan imigran meninggal dunia dalam jumlah lebih besar, tidak ada seorang pun yang kebal. Dengan kata lain, ketika penyakit mewabah, tidak ada gunanya menempatkan orang per orang dalam isolasi atau menguliahi mereka soal tanggung jawab perorangan. Penyakit menular merupakan masalah yang harus ditangani pada level penduduk.
Sejak 1920an, perubahan pemikiran ini mulai ditandai dengan perbedaan dalam strategi kesehatan publik. Banyak negara menciptakan atau merombak ulang kementerian kesehatan, menerapkan sistem pengawasan penyakit yang lebih baik, dan merangkul konsep pengobatan untuk umum atau layanan kesehatan secara cuma-cuma.
Sebelum wabah flu 1918 memang ada sejumlah orang yang menyerukan layanan kesehatan umum, tapi wabah tersebut tampaknya menjadi momentum bagi sejumlah pemerintah untuk bergerak.
Di Inggris, Layanan Kesehatan Nasional tercipta pada 1948. Adapun Rusia sudah punya layanan kesehatan umum yang tersentralisasi sejak 1920. Layanan kesehatan umum ini merupakan pencapaian besar dan sosok penggerak utamanya adalah Vladimir Lenin.

WABAH FLU 1918 JUGA MENGUBAH MASYARAKAT

Ungkapan "generasi yang hilang" sering digunakan untuk merujuk beragam kelompok masyarakat yang hidup pada awal abad ke-20, termasuk sejumlah seniman Amerika berbakat yang kondang pada Perang Dunia I dan para perwira militer Inggris.
Namun, saya berargumen, sebagaimana juga dinyatakan dalam buku Pale Rider, bahwa ungkapan ini juga seharusnya digunakan untuk merujuk jutaan orang yang meninggal pada usia produktif akibat wabah flu 1918.
Ungkapan yang sama mesti digunakan pada anak-anak yang menjadi yatim-piatu dan para janin di dalam kandungan yang tidak dapat dilahirkan lantaran ibu mereka meninggal akibat wabah tersebut. Kedahsyatan wabah flu 1918 dan pengetahuan sains saat itu menyebabkan kita tidak bisa mengetahui secara pasti berapa banyak yang meninggal dunia pada tiga kategori itu. Yang jelas dapat dipastikan salah satu kategori itu jumlahnya melampaui seniman era jazz dan 35.000 perwira Inggris yang gugur dalam pertempuran (Afrika Selatan memperkirakan 500.000 anak menjadi yatim piatu akibat wabah flu 1918).
Adapun para bayi yang selamat dari wabah flu saat masih dalam kandungan ibu mereka, terus terpapar luka sampai meninggal dunia. Sejumlah riset menunjukkan mereka punya kemungkinan lebih kecil kurang lulus sekolah atau mendapat gaji layak, dan lebih mungkin masuk penjara ketimbang mereka yang tidak terkena wabah flu. Bahkan muncul bukti bahwa wabah flu 1918 berkontribusi pada ledakan kelahiran bayi pada 1920. Pasalnya, generasi yang luput dari wabah tersebut muncul sebagai generasi yang lebih sehat dan mampu bereproduksi lebih banyak.Bahwa wabah flu 1918 meninggalkan jejak sepanjang abad ke-20 tak perlu diragukan. Ini perlu kita camkan selagi kita bersiap menghadapi wabah selanjutnya.

5.      Flu Hong Kong (1968)

Total kematian: 1 juta
Penyebab: Influenza

            Pandemik Flu kategori 2 terkadang juga disebut dengan “Flu Hong Kong”. Penyakit ini disebabkan oleh strain H3N2 dari virus Influenza A, sebuah cabang genetik dari subtipe H2N2.
 Flu ini menyebar dengan cepat ke negara lainnya seperti Singapura, Vietnam, Filipina, India, Australia, Eropa, dan Amerika. Serikat. Flu pandemik 1968 untungnya memiliki tingkat kematian yang relatif rendah yaitu 0,5% persen. Korban dari penyakit ini termasuk 500.000 penduduk Hong Kong.

6.      FLU ASIA (1956-1958)
TOTAL KEMATIAN : 2 JUTA

PENYEBAB: INFLUENZA

 
Flu Asia adalah wabah pandemik Influenza A subtipe H2N2, yang berasal dari Tiongkok pada 1956 dan berlangsung hingga 1958. Dalam masa dua tahun, Flu Asia menyebar dari provinsi Guizhou ke Singapura, Hong Kong, dan Amerika Serikat. Perkiraan jumlah korban meninggal karena flu Asia bervariasi tergantung pada sumbernya, tetapi WHO menyebutkan penghitungan akhirnya yaitu sekitar 2 juta kematian.


7.      Pandemik HIV / AIDS (Puncaknya, 2005-2012)
TOTAL KEMATIAN: 36 JUTA


PENYEBAB: HIV / AIDS
Penyakit ini pertama kali ditemukan di Republik Demokratik Kongo pada 1976 dan telah menewaskan lebih dari 36 juta orang sejak 1981. Saat ini ada sekitar 31 dan 35 juta orang yang mengidap HIV. Sebagian besar dari mereka berada di Afrika Sub-Sahara.

Previous Post
First

0 komentar: